19 Tahun Sejak Reformasi – Namun Perjuangan untuk Demokrasi Terus Dibutuhkan

Putusan dua tahun hukuman penjara untuk Ahok adalah tanda terbaru bahwa sistem ini semakin tidak demokratis serta pengaruh organisasi konservatif/reaksioner semakin kuat.

Ahok dijatuhi hukuman dua tahun penjara meski jaksa hanya meminta satu tahun. Keesokan harinya tiga dari lima hakim diberi promosi. Hal ini mengindikasikan adanya korupsi dan bias dalam sistem peradilan.

Pasal penistaan agama sering dipakai sebagai alat politik untuk menyerang kelompok-kelompok minoritas seperti Ahmadi dan Shiite. Dalam kasus Ahok, pasal tersebut juga dipakai sebagai alat politik – dikerahkan pada saat menuju pilkada Jakarta.

Jika tokoh terkenal seperti Ahok dapat dihukum dengan pasal tersebut, ada kemungkinan lebih besar untuk serangan terhadap kelompok-kelompok minoritas dan akan memberikan lebih banyak keberanian kepada organisasi-organisasi reaksioner.

Ras, Agama dan Kelas

Rasisme anti-Cina dan anti-kristen dibuat oleh orang-orang politikus dan orang lain yang ingin berkuasa. Mereka menggunakan rasisme untuk memecahkan kaum buruh yaitu dengan cara mengatakan bahwa buruh yang beragama muslim punya kepentingan sama dengan bos-bos Muslim daripada dengan kaum buruh yang beretnis Chinese.

Mereka menggunakan kesulitan ekonomi rakyat dengan cara mengklaim bahwa orang muslim yang miskin sedang menderita karena orang Cina yang kaya. Misalnya Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah mengatakan, “… di Indonesia yang kaya dan miskin berbeda agama… sebagian besar orang kaya adalah warga keturunan yang beragama Khonghucu maupun Kristen. Sedangkan orang yang miskin sebagian besar Islam dan ada yang juga Kristen.”

Basweden jelas juga menggunakan rasisme dalam pilkada Jakarta ketika dia mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok Islamis radikal seperti FPI.

Frustrasi yang dirasakan oleh kaum miskin di Jakarta karena digusur dari tanahnya oleh pemerintahan Ahok, disalurkan ke sebuah suara rasis untuk melawan Ahok.

Tetapi ada orang etnis Chinese yang miskin, dan ada orang Muslim yang kaya dan korup. Kita membutuhkan analisa kelas untuk memahami bahwa kelas pemodal yang kaya tidak mempunyai kepentingan yang sama dengan kaum buruh.

Orang miskin sedang menghadapi pengusuran di seluruh Indonesia – dari Ahok di Jakarta maupun di luar Jakarta oleh Jokowi yang beragama Muslim.

Serikat buruh, seperti FSPMI, hanya memperkuat rasisme dan lebih memecahkan kaum buruh dengan telah memberikan dukungan kepada demo FPI serta dengan penolakan terhadap buruh Cina. Kelompok-kelompok reaksioner yang sedang melawan Ahok adalah kelompok sama yang pernah menyerang demonstrasi buruh. Mereka bukan teman kaum buruh dan seharusnya tidak mendapatkan dukungan apa pun dari serikat buruh.

Ahok adalah bagian dari kaum borjuis dan juga bukan teman kelas buruh, tetapi rakyat sedang dimobilisasi untuk melawan Ahok karena rasisme bukan karena Ahok adalah dari elit. Sedangkan mobilisasi massa untuk membela Ahok adalah ekspresi keinginan rakyat untuk politik yang bebas dari korupsi dan keinginan untuk sistem pengadilan yang lebih adil.

Kelompok-kelompok kanan/reaksioner sedang menggunakan rasisme anti-Ahok dan anti-Chinese untuk menjadi lebih kuat. Semakin kuat, semakin sering mereka akan digunakan untuk melawan gerakan buruh. Gerakan serikat buruh membutuhkan kesatuan kelas untuk melawan rasisme sehingga bisa juga melawan majikan-majikan dan sistem kapitalisme.

Magazine

Solidarity meetings

Latest articles

Read more

Jujur Tentang Venezuela

Setiap hari krisis politik dan ekonomi di Venezuala semakin kejam. Jumlah korban tewas meningkat tanpa henti dan petempuran jalanan yang ganas tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Perlawanan Syriza terhadap penghematan anggaran di Yunani

Alex Callinicos mengamati tantangan yang sedang dihadapi pemerintah kiri Yunani yang baru – dan ide-ide di belakang strateginya.

Kaum Kiri Harus Melawan Kompromi Syriza

Selama dua bulan terakhir Uni Eropa dan Bank Sentral Eropa telah memberikan tekanan secara bertubi-tubi kepada pemerintah baru di Yunani yang dipimpin oleh Syriza. Mungkin lebih tepat disebut sebagai pemerasan.