Topik: Pemberontakan Teamster (Teamster Rebellion)
Artikel dari Socialist Workers’ Party (UK) 13/10/2010 Penulis: Simon Basketter
Mogok massa mengguncang Amerika pada tahun 1930an, dilakukan oleh massa buruh dan kaum revolusioner. Simon Basketter mengkaji peristiwa-peristiwa kunci yang terjadi di Minneapolis pada tahun 1934.
Di tengah-tengah Depresi Besar pada tahun 1930an, kaum revolusioner memicu dan memimpin beberapa aksi mogok massa dan pendudukan-pendudukan pabrik di Amerika Serikat. Pada tahun 1934, lebih dari 1,5 juta buruh ikut serta dalam lebih dari 2.000 aksi mogok–dan sering menang. Buruh-buruh berduyun-duyun bergabung ke dalam serikat-serikat buruh, lalu mengubah serikat-serikat buruh.
Sopir truk yang dikenal sebagai ‘Teamster’ di Minneapolis melakukan aksi mogok menuntut tentang jam kerja dan pengakuan serikat buruh.
Mereka tidak mempunyai sejarah militansi.
Orang-orang yang memimpin mogok ini menjadi marah dengan pemimpin-pemimpin serikat buruh yang melawan perjuangan- dan juga karena kesepakatan-kesepakatan yang disepakati di antara pemimpin serikat buruh dan pihak perusahan yang membatasi hak-hak buruh.
Organisasi serikat buruh pada awal dasawarsa 30-an di Amerika sangat lemah. Tingkat perjuangan pada saat ini rendah. Pengangguran di atas 18 juta orang dan tunawisma di atas satu juta orang.
Pemimpin-pemimpin serikat buruh federasi (AFL) tidak peduli tentang nasib orang-orang tersebut. Pada tahun 1932 mereka bahkan menentang tunjangan pengangguran.
Jumlah anggota serikat buruh berkurang sekitar 7.000 orang per minggu.
Di kota Washington barisan kuda memaksa mantan veteran perang yang menganggur keluar dari jalan.
Namun, dalam tahun-tahun berikutnya, gelombang perjuangan militan tersebar di seluruh Amerika.
Serikat Buruh Federasi baru, bernama Congress of Industrial Operatives (CIO), didirikan karena perjuangan ini. Federasi tersebut melihat kebutuhan untuk merekrut buruh-buruh yang belum terorganisir- dan juga melakukan aksi yang militan.
Pada musim gugur tahun 1933 hanya 75 sopir truk masuk keanggotaan cabang lokal Teamster di Minneapolis.
Farrel Dobbs adalah salah satu pemimpin mogok. Dia adalah seorang revolusioner dari tradisi Trotskyist yang melawan Stalin di Rusia dan berjuang untuk sosialisme dengan kontrol kaum buruh yang sejati.
Dia mengingat bahwa sebelum mogok tersebut mulai “tidak ada satu pun aksi mogok Teamster yang sudah berhasil di kota ini selama 20 tahun”.
Tetapi suatu kelompok kecil, Trotskyist, sudah menghabiskan bertahun-tahun bekerja dengan sopir truk tersebut. Mereka terus menurus memberikan selebaran-selebaran di tempat kerjanya yang belum berserikat dan mencari kesempatan-kesempatan untuk mengapi perjuangan.
Penutup
Pada awal tahun 1934 mereka memimpin mogok 600 buruh sekop batu bara sampai menang.
Dalam tiga jam, sopir truk, pendampingnya, dan buruh yang bekerja di dalam halaman batu bara menutup 65 perusahan.
Para pemogok menggunakan teknik bernama “cruising pickets” untuk memberhentikan truk-truk yang dibantu oleh polisi untuk menerobos barisan buruh.
Kelompok pemogok mengejar truk-truk tersebut. Satu barisan buruh melompat ke truk dan menarik rem darurat.
Barisan buruh lain menekan tombol di dalam truk sehingga batu bara berjatuhan di jalan.
Dampaknya hebat. Para pemogok menyebarkan berita bahwa buruh bisa berjuang dan menang.
Birokrasi serikat buruh menentang, tetapi surat yang menolak izin untuk mogok tersebut turun sesudah mogoknya sudah menang!
Permusuhannya mendorong organisasi menjadi mandiri di dalam buruh.
Hingga April 1934, kampanye untuk berserikat menyebabkan keanggotaan naik dari 574 sampai 3.000.
Dalam beberapa minggu, semua buruh Teamster di Minneapolis turun ke jalan untuk mendapatkan pengakuan serikat buruh. Mogok tersebut terus tersebar sampai mempengaruhi semua buruh di kota ini.
Pihak perusahan menyerah, tetapi langsung memutuskan kesepakatan ini sesudah memastikan bahwa gubernur negara bagian akan mengerahkan pasukan Nasional terhadap buruh.
Ketika pertempuran kunci mulai pada bulan Juli, jumlah keanggotaan serikat buruh sudah naik hingga 7.000 orang. Mogok-mogok yang berikutnya adalah model untuk semua aktivis sampai kini.
‘Cruising pickets’ terjadi lagi. Ketika mereka menghadapi oposisi dari pihak polisi, mereka memanggil buruh lain, keluarganya, dan buruh pengangguran untuk ikut bersolidaritas dalam aksinya.
Keterlibatan buruh pengangguran secara sukses merusak usaha pihak perusahan untuk memakai buruh pengangguran itu.
Mogok-mogok tersebut memobilisasi orang-orang yang sebelumnya tidak terbiasa ikut serikat buruh, misalnya pekerja migran dan perempuan.
Satu pemogok yang sangat aktif adalah Carl “Skogie” Skoglund, dia adalah imigran dari Swedia. Seorang Indian Sioux, Ray Rainbolt, juga merupakan aktivis dalam mogok, pada saat ide-ide rasis tentang asli orang Amerika masih terjadi.
Rainbolt sangat dihormati oleh buruh-buruh lain sehingga dia dipilih sebagai komandan 600 orang yang ada dalam Barisan Penjagaan.
Marvel Scholl yang menikah Farrell Dobbs, mendirikan ‘barisan perempuan’ dengan istri pemogok lain, yaitu Clara Dunne. Mereka mengatakan bahwa perempuan bisa melakukan lebih daripada memberikan dukungan pasif kepada pemogok-pemogok.
Salah satu anggota barisan perempuan tersebut melaporkan bahwa permohonan untuk keterlibatan aktif perempuan dalam mogok tersebut “diketemukan dengan tanggapan yang mereka belum pernah memimpikan.”
“Perempuan datang ke markas mogok secara siap dan sedia untuk melakukan kerja apapun yang ditugaskannya,” dia bilang.
“Barisan perempuan melanjutkan perjuangan di garis pertempuran. Tiga perempuan kami terluka berat selama kerusuhan dengan polisi. Perempuan mengorganisir demonstrasi massa.”
Kelompok kaum sosialis revolusioner di dalam inti mogok tersebut sangat penting. Mereka menekankan aktivitas diri buruh, pengambilan keputusan secara demokratis serta partisipasi penuh semua buruh.
Mereka berargumen bahwa mogok tersebut tidak bisa menang jika mereka menunggu perintah-perintah dari pemimpin serikat buruh. Jadi, pemogok-pemogok memilih komite mogok sendiri dan melakukan rapat akbar secara reguler untuk melibatkan semua massa buruh.
Farrell Dobbs mengatakan bahwa, “Di antara empat dan lima ribu orang makan di markas mogok dan menginap di sana atau sekitar markas selama mogok tersebut.”
“14 atau 15 jam setiap hari mereka berdiri di barisan buruh, selama malam mereka mendengar berita tentang mogoknya, status negosisasi, tindakan pihak perusahan dll yang dilaporkan dengan jelas lewat mikropon.”
“Garasinya menjadi auditorium, dengan panggung untuk pembicara dan musisi. Kira-kira 2.000 laki-laki dan perempuan datang setiap malam, dan sebanyak 20-25 ribu di jalan sekitarnya untuk mendengar apa yang disampaikan dari panggung itu.”
Berdarah
Pemogok-pemogok tersebut menerbitkan koran harian untuk menjelaskan perjuangannya, memproduksi sampai 10.000 kopi. Kaum Trotskyist mengedit terbitan itu.
Pihak perusahan ingin menghancurkan mereka. Pada hari “Jumat berdarah” bulan Juli polisi mulai menembak suatu truk yang membawa pemogok-pemogok. Polisi tersebut menembak untuk membunuh.
Mereka melukai sekitar 67 orang, menembaki banyak punggung selama pemogok-pemogok mencoba lari. Mereka membunuh dua pemogok, John Belor dan Henry Ness.
Komisi Umum yang didirikan oleh guburnur, melaporkan bahwa: “polisi memembak dengan niat untuk membunuh. Keselamatan polisi tidak pernah terancam. Barisan buruh tidak mempunyai senjata.”
Gubernur negara bagian mengumumkan “keadaan pemberontakan”. Dia mengerahkan pasukan dan pemimpin-pemimpin mogok ditangkap. Tindakan ini melemahkan aksinya, tapi para pemogok yakin bahwa aksinya akan berlanjut. Represi tidak bisa mengalahkan mereka.
Gubernur tersebut dipaksa untuk melepaskan pemimpin-pemimpin mogok dan perunding federal diajak untuk membantu membuat kesepakatan.
Koran pemogok-pemogok memakai kepala berita “Kemenangan” di halaman depan pada tanggal 22 Agustus, sesudah tuntutan mogok tentang gaji dan hak-hak serikat buruh dipenuhi.
Mogok tersebut menandai perubahan dalam kepercayaan kaum buruh untuk berserikat dan berjuang. Pelajaran untuk hari ini adalah bahwa kaum kiri bisa memluai tindakan militan- dan organisasi diri buruh bisa mendorong mogok sampai kemenangan.
Kontrol
Farrell Dobbs menulis bahwa, “Birokrasi serikat buruh memastikan mereka mempunyai kontrol ketat di atas negosiasi dengan pihak perusahan.”
“Mereka mencoba menghindari pemogokan tentang kesepakatan kerja. Kalau buruh turun ke jalan, birokrasi tersebut mengambil kesempatan pertama untuk melakaukan kesepakatan.”
“Ketika kontrak sudah ditandatangani dengan pihak perusahan, mereka berpendapat bahwa semua pertempuran diselesaikan. Pencobaan anggota-anggota untuk melakukan aksi supaya kesepakatan diberlakukan adalah dikatakan ‘tidak sah’ dan ‘pelanggaran kesepakatannya’. Sebenarnya, birokrasi serikat buruh sering berpihak dengan bos-bos untuk menipu buruh yang radikal.”
“Tidak ada kesepakatan antara kelas-kelas yang adil, keanggotaan diajarkan. Hukum rimba berlaku di bawah kapitalisme. Jika kaum buruh tidak berjuang sebagai satu kelas untuk membela kepentingannya, pihak perusahan akan menipu mereka.”
Di Minneapolis tahun 1934, buruh-buruh menghentikan ini terjadi. Bahwa kaum revolusioner memimpin perjuangan tersebut memperkuat perjuangannya.
Gerakan buruh bisa menolak serangan dari pihak perusahan-perusahan, bahkan di tengah-tengah resesi.